It's all about my words

December 1, 2009

Girl with The Faithful Heart (part 6)

Filed under: Uncategorized — dewiwening @ 8:55 pm

“Aku ingin seperti pohon yang diam, berdiri setia di tempatnya.. seharusnya aku bisa membawa angin segar untuk mahluk lainnya dan membuatnya sadar bahwa aku ada dan terancam..”

**

Sang gadis taat sering melihat hitamnya langit saat tak satupun cahaya mentari menyentuh dinginnya bentangan tinta hitam yang tak pernah jelas rautnya.

Ia selalu menghitung titik-titik putih yang tekadang membelalak menunjukkan sisi indahnya yang membuatnya berhenti menghitung untuk sekedar mengartikan terangnya.

Matanya selalu layu, meskipun bibirnya tersenyum mengikuti gerak-gerik pena yang digenggamnya di atas kitab. Hal yang mampu mendefinisikan setiap titik putih yang dengan anggun membungkuk seperti pangeran yang mengajak putrinya berdansa, menawarkan diri menjadi teman sejati saat mendung menghampiri wajahnya dan berterima kasih akan cerahnya hitam yang dihinggapi bulan sabit.

Sang bulan dan titik-titik putih bernama bintang itu tak pernah tahu apa yang membuat kedua bola matanya basah, kedua kelopaknya sembab dan rona merah yang menendang bantalan pipi dan ujung hidungnya. Yang mereka tahu hanyalah keikhlasan untuk menjelma menjadi berbagai nyanyian yang mengiris hati dan memaksa perasaan untuk menari-nari di atas sedikitnya rasa bahagia yang selalu ditutupinya dengan menuliskan berbagai kalimat indah, doa-doa, lagu-lagu dan menempatkan kebisuan yang memancarkan rasa syukur.

Sang gadis tak pernah berhenti menunduk, tersenyum, memejamkan matanya dan menyentuh dadanya sambil berkata “terima kasih” pada dinginnya hitam dan para penghibur hebat yang digantungkan Tuhan dengan anggun, yang memanjakan mata dan memeras peluh-peluh hatinya yang pahit dan mengubahnya menjadi manis. Inilah yang sering dijadikannya tinta untuk menghiasi kitabnya yang berharga. Sesuatu yang membuatnya bertahan, tetap dengan kaki keikhlasan dan ketaatan.

**

Sekali lagi Sam membaca huruf-huruf indah yang selalu memaksanya untuk membangun dunia baru di dalamnya. Dunianya. Kali ini membuatnya sesak. Sekali setelah sekian kali dibuatnya terkagum. Ada yang sesuatu tercekat di tenggorokannya. Ia haus. Ia ingin meneguk kisah lain yang mampu meralat kisah yang baru saja ditelannya bulat-bulat.

**

“bulan dan bintang mengangkat kepalaku yang tertunduk kaku melihat darah yang mengalir dari tanganku, terpesona pada merahnya dan basah disentuh air yang keluar dari mataku. Mereka menyanyikan lagu-lagu yang membuatku menggenangi wajah dan menyeka pedihnya dengan air mata. Mereka membuatku kembali tersenyum dan bertahan..”

~to be continued

 

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.